Von

17 Mei 2015


Seperti pada prinsip aliran air yang tak termampatkan:
tunak dan tanpa gesekan.

Maka aku akan selalu pada wadahmu;
di kekeliruanmu akan betapa sederhananya hidup.

Hingga aku menjadi kau menjadi kita.
Menghela suara.

Akan tetapi kau mesti berubah di sepanjang alirannya;
di sepanjang ketidaktahuanmu akan kapan kau bisa melela.

Lalu terbang. lelah. jatuh. tercabik-cabik,

Mati.

 

“Tuhan, kenapa kita bisa bahagia?*”

 

 

 

*― Goenawan Mohamad, Asmaradana: Pilihan Sajak, 1961-1991.