Mesin Hujan

18 Agustus 2014


kau sebuah prosa; di antara menegaskan tentang kemarahan dan menyimpan sebuah luka. di keluasan langit dan kota yang membelah mimpi mimpi, akan selalu ada kesunyian yang datang berkunjung setiap aku merindukanmu. kuakui itu, sayang, rasa kantuk yang menyelimuti buku adalah bagian dari sendiri yang menyejukan siang dan malamku. di sepanjang jalarnya, kota menjadi kata dalam kau dan aku di luar langit yang sedang pucat pasi.

pagi pagi sekali dingin datang dan bercerita: “ hari ini aku tertidur dengan beberapa buku, hingga esok, dan selama satu jam sejak aku tidur setelah bangun pertama di pagi hari aku bermimpi tentang kereta yang kunaiki namun meninggalkanmu. aku dan yang lainnya singgah di stasiun pertama untuk membeli beberapa buku, dan kembali ketinggalan. maka kereta ku kejar dengan kesia-siaan seorang pecundang. aku dan kau tertinggal dengan secara tidak bersama, dengan aku yang tidak mengerti mengapa memimpikanmu?”

ah, barangkali aku tidur terlalu dekat. jam yang berdetak dengan suara kucing. angin yang bertiup dari dalam sebuah televisi, membangunkanku di tengah kesedihanmu yang terjebak di sebuah mesin hujan.