Mengunjungi Etalase Sosial
24 November 2015
“L'homme est condamné à être libre.“
Aku mencarimu di antara ribuan kata yang setiap orang lupakan. Menuntun mereka dalam sela sela bahasa yang tersangkut pada sebuah telepon genggam. Sebuah kelaziman adalah setiap saat mereka melihat apa yang dilakukan, mendengar apa yang dibicarakan. Mendesak waktu agar terus berputar dalam kebosanan semacam itu, kebahagiaan mereka. Mungkin aku berada di dunia yang rela terhubung untuk sebuah hukuman. Atau mungkin dunia berada pada diriku yang rela dihukum untuk sebuah kebebasan.
Pada stand manusia kudapati Sartre yang sibuk memotret bahasa yang diam. Malna sedang membangun museum dan membuang tubuhnya keluar jendela. Bersembunyi dari keadaan dan ketiadaan yang sedang membungkus status, kicau, dan album yang berserakan pada ruangan ini. Sekelompok manusia berwajah tengah menelanjangi bahasa dengan sopan. Bahasa memelas diri. Memohon kepada manusia yang lain untuk membahasakannya.
Bagiku, mereka berhak memperlihatkan apa yang dilakukan, memperdengarkan apa yang dibicarakan, menjelma waktu agar terus berada pada rotasi yang sama. Namun akhirnya aku tak menemukanmu dalam sebuah kata bahagia yang setiap orang kenang, yang membuang mereka dalam bahasa dan melahirkan kekosongan, yang mencari arti sebuah pelukan dari kesepian yang biasa.
Bandung,
November 2015