Cerita di sebuah hujan

16 November 2013


Seseorang melangkah memayungi bumi dalam hujan deras, melewati batas batas khayalannya akan dirinya sendiri.Tiga orang pria berteduh di sebuah kedai, berkelakar memaki langit yang akhir-akhir ini acap mengencingi manusia.

“Kelak kita akan tau bagaimana hidup ini kering dengan sendirinya.” salah seorang dari mereka berucap demikian, menyeduh kopi hangat dan mematik api untuk rokoknya.

Sementara itu hujan terus bersimfoni dengan dentuman guruh dan ringkihan aspal jalan. Menderu kesepian sesorang yang tadi berjalan begitu jauh, hingga menemui dirinya sendiri terkapar di sebuah jalan besar. Tidak ada yang peduli.

Si Pengemudi melaju kencang dengan truk muatannya .Telpon genggam berbunyi, dengan kening berkerut lalu mengangkat telpon dan mengumpat dengan mulut menempel di telpon.
“Ku katakan berkali, Bob, aku tak mencintaimu lagi, lupakan kejadian semalam, kita harus kembali pada kenyataan.”
si pengemudi mendengar risauan dari telponnya. Di kelebatan hujan sekilas ia melihat sesuatu terkapar di ujung jalan.

“Maafkan aku, Bob, kurasa aku gila selama ini bersamamu. Demi apapun yang telah kita lalui aku bersumpah akan membunuh kenangan itu.”
ia melihat seseorang bangkit dan berjalan menuju arah mobil, semakin dekat, mencoba menghindar namun tak sempat. Ban truk kemudian slip dan truk terbalik menghantam pembatas jembatan. Jurang melahap.

Dibawah hujan deras, manusia memadati jembatan, menyaksikan seseorang yang telah raib. Daging dan darah berceceran sepanjang jalan. Sore itu keabadian mendekap jiwa-jiwa yang sedang putus asa, membawa segenap impian semu dari mereka yang telah membunuh langit. Hujan usai, dan sore itu akan dilupakan.

Tiga orang yang berteduh di sebuah kedai berhenti di kopi keempat, mereka begitu senang mendapat kebahagiaan dari hujan yang membuat mereka bertemu, bertukar kata dan menumpahkan keluh kesah yang mereka alami.

“Hujan telah usai, mungkin seseorang telah mati dibawanya. Hidup ini memang rapuh, bukan?” demikian seseorang tadi berucap, pamit undur diri dan pergi.

 

Padang,

November 2013